Gambaran Umum
Mpox, sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, adalah penyakit virus yang disebabkan oleh virus monkeypox, sebuah spesies dari genus orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae, yang mencakup variola, cowpox, vaccinia, dan virus lainnya. Ada dua klad virus yang berbeda: klad I (dengan subklad Ia dan Ib) dan klad II (dengan subklad IIa dan IIb).
Gejala umum mpox adalah ruam kulit atau lesi mukosa yang bisa bertahan 2 - 4 minggu disertai dengan demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, energi rendah, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Mpox dapat menular melalui kontak dekat dengan seseorang yang memiliki mpox, dengan bahan yang terkontaminasi, atau dengan hewan yang terinfeksi. Selama kehamilan, virus dapat ditularkan kepada janin atau kepada bayi baru lahir selama atau setelah kelahiran.
Mpox diobati dengan perawatan suportif untuk gejala seperti nyeri dan demam, dengan perhatian khusus pada nutrisi, hidrasi, perawatan kulit, pencegahan infeksi sekunder, dan pengobatan infeksi bersamaan, termasuk HIV jika ada.
Penularan
Mpox menyebar melalui kontak fisik maupun non fisik, seperti bersentuhan, berbicara langsung atau memakai peralatan yang dipakai bersama.
Anak-anak, orang hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, termasuk orang yang hidup dengan HIV yang tidak terkontrol dengan baik, berisiko lebih tinggi mengalami penyakit serius dan kematian akibat komplikasi mpox.
Selama kehamilan atau kelahiran, virus dapat ditularkan kepada bayi. Terjangkit mpox selama kehamilan dapat berbahaya bagi janin atau bayi baru lahir dan dapat menyebabkan kehilangan kehamilan, kematian bayi baru lahir, atau komplikasi bagi orang tua.
Penularan dari hewan ke manusia terjadi dari hewan yang terinfeksi kepada manusia melalui gigitan atau cakaran, atau selama aktivitas seperti berburu, menguliti, menjebak, memasak, bermain dengan bangkai, atau makan hewan. Reservoir hewan dari virus monkeypox tetap tidak diketahui dan penelitian lebih lanjut sedang dilakukan.
Gejala
Mpox menyebabkan gejala yang biasanya mulai dalam waktu sepekan, tetapi dapat dimulai 1 - 21 hari setelah terpapar. Gejala biasanya bertahan 2 - 4 pekan, tetapi mungkin lebih lama pada seseorang dengan sistim kekebalan tubuh yang melemah.
Ruam mpox sering mulai di wajah dan menyebar keseluruh tubuh, meluas ketelapak tangan dan telapak kaki. Ruam juga dapat dimulai di bagian tubuh lain dimana kontak terjadi, seperti alat kelamin. Ruam mulai sebagai luka datar, yang berkembang menjadi lepuh berisi cairan yang mungkin gatal atau menyakitkan. Saat ruam sembuh, lesi mengering, membentuk kerak, dan terlepas.
Penderita dapat memiliki satu atau beberapa lesi kulit dan yang lain mungkin memiliki ratusan atau lebih. Lesi ini dapat muncul dimana saja ditubuh termasuk telapak tangan, telapak kaki, wajah, mulut, tenggorokan, daerah selangkangan dan genital, serta anus.
Penderita dapat juga mengalami pembengkakan yang menyakitkan pada rektum (proktitis) atau nyeri, dan kesulitan saat berkemih (disuria) atau saat menelan.
Penderita dapat mengalami komplikasi terinfeksi bakteri, yang menyebabkan abses atau kerusakan kulit serius. Komplikasi lainnya termasuk pneumonia; infeksi kornea yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan; nyeri atau kesulitan menelan; muntah dan diare yang menyebabkan dehidrasi atau malnutrisi; dan infeksi darah (sepsis), otak (ensefalitis), jantung (miokarditis), rektum (proktitis), organ genital (balanitis), atau saluran kemih (uretritis). Mpox dapat fatal dalam beberapa kasus.
Diagnosis
Mengidentifikasi mpox bisa sulit karena infeksi dan kondisi lain dapat terlihat mirip. Penting untuk membedakan mpox dari cacar air, campak, infeksi kulit bakteri, skabies, herpes, sifilis, infeksi menular seksual lainnya, dan alergi terkait obat. Seseorang dengan mpox juga mungkin memiliki infeksi menular seksual lainnya pada saat yang sama, seperti sifilis atau herpes. Sebaliknya, seorang anak dengan mpox yang dicurigai juga mungkin memiliki cacar air. Untuk alasan ini, pengujian adalah kunci agar orang mendapatkan perawatan secepat mungkin dan mencegah penyakit parah serta penyebaran lebih lanjut.
Tes laboratorium yang terbaik adalah deteksi DNA virus dengan reaksi berantai polimerase (PCR). Spesimen diagnostik terbaik diambil langsung dari ruam - kulit, cairan, atau kerak - yang dikumpulkan dengan pengambilan swab yang kuat. Jika lesi kulit tidak ada, pengujian dapat dilakukan dengan swab dari tenggorokan atau anus. Pengujian darah tidak dianjurkan. Metode deteksi antibodi mungkin tidak berguna karena tidak membedakan antara berbagai orthopoxvirus.
Pengobatan dan Vaksinasi
Tujuan pengobatan mpox adalah untuk merawat ruam, mengelola nyeri, dan mencegah komplikasi. Perawatan awal dan suportif sangat penting untuk membantu mengelola gejala dan menghindari masalah lebih lanjut.
Vaksin juga bisa diberikan setelah seseorang terpapar mpox (profilaksis pasca-pajanan). Dalam kasus ini, vaksin harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 hari setelah kontak dengan seseorang yang memiliki mpox. Vaksin dapat diberikan hingga 14 hari jika orang tersebut belum menunjukkan gejala.
Beberapa obat antivirus telah mendapatkan otorisasi penggunaan darurat dibeberapa negara dan sedang dievaluasi dalam uji klinis. Hingga saat ini, belum ada pengobatan antivirus yang terbukti efektif untuk mpox. Penting untuk terus mengevaluasi terapi dalam uji klinis yang robust dan fokus pada pengoptimalan perawatan suportif bagi pasien.
Individu dengan HIV dan mpox harus terus menjalani terapi antiretroviral (ART). ART harus dimulai dalam waktu 7 hari setelah diagnosis HIV.
Perawatan Diri dan Pencegahan
- Hubungi penyedia layanan kesehatan untuk saran;
- Tetap di rumah dan diruangan yang berventilasi baik jika memungkinkan;
- Cuci tangan sering dengan sabun dan air atau pembersih tangan, terutama sebelum atau setelah menyentuh luka;
- Kenakan masker dan tutupi lesi saat berada disekitar orang lain hingga ruam anda sembuh;
- Jaga kulit tetap kering dan terbuka (kecuali diruangan dengan orang lain);
- Gunakan berkumur dengan air garam untuk luka dimulut;
- Mandi dengan air hangat yang dicampur baking soda atau garam epsom untuk luka ditubuh; dan
- Konsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas seperti paracetamol (asetaminofen) atau ibuprofen.
- Hindari menyentuh barang diruang bersama dan disinfeksi ruang bersama secara berkala;
- Hindari memecahkan lepuhan atau menggaruk luka;
- Hindari mencukur area dengan luka hingga kerak telah sembuh dan kulit baru tumbuh.
Berhenti dari aktivitas seksual dengan pasangan selama sakit dapat mengurangi risiko terpapar mpox. Mereka yang telah berhubungan dengan seseorang dengan mpox harus memantau tanda dan gejala selama 21 hari (3 pekan) dan mengambil tindakan pencegahan selama periode ini.
Tenaga kesehatan harus mengikuti langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi untuk melindungi diri mereka saat merawat pasien dengan mpox dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai (misalnya sarung tangan, gaun, pelindung mata, dan respirator) dan mematuhi protokol untuk pengambilan sampel lesi untuk pengujian diagnostik dan penanganan benda tajam seperti jarum.
Wabah
Virus monkeypox ditemukan di Denmark (1958) pada monyet yang disimpan untuk penelitian. Kasus manusia pertama dari mpox dilaporkan pada seorang bocah sembilan bulan di Republik Demokratik Kongo (1970). Setelah pemberantasan cacar pada tahun 1980 dan berakhirnya vaksinasi cacar di seluruh dunia, mpox perlahan muncul di Afrika tengah, timur, dan barat. Sejak itu, mpox dilaporkan secara sporadis di Afrika tengah dan timur (klade I) dan Afrika barat (klade II). Pada tahun 2003, wabah di Amerika Serikat terkait dengan hewan liar yang diimpor (klade II). Sejak 2005, ribuan kasus dilaporkan di Republik Demokratik Kongo setiap tahun. Pada tahun 2017, mpox muncul kembali di Nigeria dan terus menyebar didunia.
Pada Mei 2022, wabah mpox muncul tiba-tiba dan menyebar dengan cepat di Eropa, Amerika, dan kemudian disemua enam wilayah WHO. Wabah global ini terutama mempengaruhi (tetapi tidak hanya) pria gay, biseksual, dan pria yang berhubungan seks dengan pria dan menyebar dari orang ke orang melalui jaringan seksual.
Pada tahun 2022, wabah mpox akibat klade I terjadi di kamp pengungsi Republik Sudan, dan Republik Demokratik Kongo.
120 lebih negara telah melaporkan mpox antara Januari 2022 - Agustus 2024, dengan lebih dari 100.000 kasus yang dikonfirmasi laboratorium, dan lebih dari 220 kematian diantara kasus yang dikonfirmasi.
Tanggapan WHO
WHO bekerja dengan Negara Anggota dan mitra untuk mencegah dan merespons wabah mpox. Ini termasuk mengoordinasikan penelitian tentang vaksin dan pengobatan, memperkuat sistem kesehatan negara, dan bekerja untuk memfasilitasi akses yang adil ke vaksin, terapeutik, diagnostik, dan alat lainnya.
Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus telah menyatakan mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC) dua kali, pertama kali pada Mei 2022 dan kedua pada Agustus 2024.
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini